Tuesday 28 October 2014

Stories of the Sahabah

Let us pray.
But why do you really pray?
Do you pray because you need something? Do you pray because you want something? Do you pray because you are just told so? Come, think of it, ask yourself, why do you pray?
Many thoughts are coming now to your mind, right?
Yes, we have all our own reasons why we pray to Allaah Azza Wa Jall, but before anything else, let it be known that you pray because it is not because you are told so but because you are obliged to do so, it is the first pillar of Islam.
Realize that Allaah Azza Wa Jall never gets tired of Providing and Sustaining for your needs, He forgives you as long as you repent yet when He calls you to pray and have a talk with Him, you refuse?
Salaah is a gift and a mercy from Allaah Azza Wa Jall. It is the best form of giving thanks to Allaah Azza Wa Jall, best way to have a talk with him and pour everything that is in your heart without being ashamed because you know Allaah Azza Wa Jall can be the only One who can bring such comfort in your heart, you know that when you pour out your feelings to Him, He comforts it by letting your tears fall from your eyes which in return gives such relief in you, have you ever notice that?
Yes, when we cry, we release all out the stress, hatred and pain away from our hearts, that is a mercy from Allaah Azza Wa Jall, so when you cry it doesn’t mean you are weak, it just means that you are being comforted by Allaah Azza Wa Jall, there is nothing wrong on crying. It is a gift, so embrace it.
When you pray, concentrate, do not be fast on uttering the words of the Qur’an, feel every word, there is nothing wrong if you take long in salaah, it is a moment gifted to you by Allaah Azza Wa Jall, so make it count.
When you pray, know that you stand infront of Allaah Azza Wa Jall, so be firm. Stay focused, remember sooner or later, death may come upon you, so pray as if it is your last, cry, because with all the sins we have committed, we should cry, cry out for forgiveness from Him, for every minute that we have displeased Him, He tells us…
[1] Muhammad sallallahu allaihi wassalaam said in a Hadith Qudsi that Allaah Azza Wa Jall said:
"O son of Adam, so long as you call upon Me and ask of Me, I shall forgive you for what you have done, and I shall not mind. O son of Adam, were your sins to reach the clouds of the sky and were you then to ask forgiveness of Me, I would forgive you.
O son of Adam, were you to come to Me with sins nearly as great as the earth and were you then to face Me, ascribing no partner to Me, I would bring you forgiveness nearly as great as its.”

Subhan’Allaah, how can a heart full of sins can not call out for forgiveness to the One Who says I will forgive you?
Every time, every time and i mean every single time we pray our Salaah, make it the most meaningful one. Make it so meaningful that your du’a would make the angels say Amin with you.
Allaah is Al Wadood, The Most Loving, my brother and sister in Islam, Allaah Azza Wa Jall loves you, just by the mere fact that he handpicked you to be a Muslim, says so much about His Love for you, or by just the fact that you were lost and He guided you back, doesn’t that make the heart grow fonder for Him more?
When you got lost, He didn’t put you astray more, rather He called you back, wallahi He gave you that honor back, so why are you putting this honor away by not praying?
Every salaah we make is a worship to Him, but go beyond that, make it a communication, a direct communication from you to Him, rather just praying just because you have to, pray because you want to, because you need to because its all that you have, the first step to become better, the first step to become closer to Him.
My dear child, we are bound to return to our Lord soon, either I go first or you go, all of us will. So make everyday count, you are given 5 gifts everyday, open it, fill it, embrace it and make use of it.
Remember, not all the people in this world is given this honor of having a talk with Him 5 times a day, We are blessed for we are Muslims and Allaah Azza Wa Jall honored us that.
Now, are you up for another talk with Him? 
Yes, start with the next Salaah, give meaning to it.
______
And we pray that Allaah Azza Wa Jall softens our hearts through our salah, through remembering His Mercy, His Love, His Protection, His Guidance and His Blessings that we may realize the bountiful blessings He has given us and in return we could give thanks by staying consistent on offering prayers to Him.
Amin
Zohayma
______
F.N.
[1] Tirmidhi

**THE END**

Najihah Hasin : CInta Ditolak @ Putus Cinta

Istilah ini sering kita dengar bukan? Ianya ibarat satu perkara norma dalam kehidupan ini. Setiap individu pasti punya cara tersendiri untuk melalui saat-saat ketika mana cinta ditolak dan juga putus cinta. Adakalanya, kita merasakan terlalu sakit, down, sedih dan banyak lagi perasaan yang negatif ini muncul disanubari. Memang ianya tidak dapat dinafikan. Saya juga seperti anda, pernah melalui saat-saat yang menyakitkan ini. Kadang-kadang, saya merasa seperti “mayat hidup”. Mencari-mencari bilakah waktu kesedihan ini akan sampai ke akhirnya? Adakalanya seperti sudah tiada jalan penyelesaiannya. Ramai individu, rakan-rakan di sekeliling yang memberi nasihat, namun kadang-kadang nasihat mereka mungkin menambahkah kesakitan luka di hati yang mana di ibaratkan mencurahkan lagi cuka di atas tempat yang luka itu. Sakit dan perit itu kian terasa. Betul kan? Ya, saya juga seperti anda. Pernah melalui semua ini. Jika hari ini anda merasakan semua itu, saya di sini ingin mengajak anda bangun bersama saya, berdiri dan melangkah meneruskan kehidupan ini. PUTUS CINTA? CINTA DITOLAK? itu bukan pengakhiran hidup kita. Inilah yang Allah hadiahkan untuk kita iaitu ujian. Mengapa Dia anugerahkan semua ini buat kita? Hanya satu jawapannya.

KERANA DIA SAYANG PADA KITA, DIA INGIN KITA KEMBALI PADA-NYA, MENGADU KEPADA-NYA.

Cinta itu satu fitrah. Tidak ada siapa pun yang dapat menghalang hati kita ini untuk mencintai dan di cintai. Setiap individu pasti inginkan semua ini. Namun, dunia kini, ramai yang mewarnai cinta dengan perkara-perkara ilusi dan fantasi. Kebanyakan daripada kita, apabila bercinta pasti ingin ber dating, bermesej, bergayut sehingga lewat malam di telefon. Dan adakalanya terpaksa berhabis duit untuk mereka yang kita cintai ini. Untuk memberi hadiah kepada orang yang dicintai ini tidak salah, tetapi yang dimaksudkan berhabis duit ini adalah apabila kerap kali keluar dating, SMS dan juga bercakap di telefon sepanjang hari. Bukan kah ini satu pembaziran? Inilah fenomena cinta masa kini.

Saat ini, detik ini, mari kita singkap kembali apa itu cinta pada kita? Apakah maksud ‘cinta’ yang kita terapkan dalam jiwa kita ini? Adakah cinta itu apabila saling ambil berat, berduaan dan bermesra sebelum akad di lafazkan? Saya juga muhasabah diri tentang definisi cinta yang saya bawa sejak dulu. Namun kini saya sedar, sekiranya CINTA, pasti saya ingin orang yang saya cinta itu bersama saya berada di syurga, menuju ke syurga Ilahi. Mustahil jika kita menyatakan kita menyayangi dan mencintai insan tersebut, tetapi pada dasarnya kita membawa dia atau menolak dia ke dalam api di mana api itu terlalu panas berbanding di dunia ini yakni neraka jahanam. Jadi di sinilah, kita harus perbetulkan istilah cinta yang kita bawa kerana cinta itu adalah sesuatu yang cukup suci. Jangan kotorkan cinta itu dengan sesuatu yang tidak baik.

Kemudian, apa perlu buat jika cinta di tolak atau putus cinta? Ambil alkohol? Merokok? Bunuh Diri? Dan ada juga yang sanggup merubah keadaan jantina masing-masing. Untuk apa kita lakukan semua itu? Kita punya agama dan kita hidup bertuhan.

Ya, putus cinta atau cinta ditolak itu sangat perit dan sakit. Saya sendiri merasakan semua itu. Apabila terbangun dari tidur, tidak lain dan tidak bukan hanya satu impian saya agar menjadikan kesakitan itu hanyalah mimpi. Namun, jika berbalik kepada definisi cinta yang baru sahaja kita cipta sebentar tadi, wajarkah seseorang perempuan atau lelaki yang ingin ke syurga itu perlu bersikap lemah? Sedangkan dalam ayat 2 surah al-ankabut, Allah menyatakan;

“Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami beriman”, sedangkan mereka tidak di uji? “

Jadi daripada apa yang ada dalam ayat itu, jelas lah kita akan di uji. Namun bagaimana untuk kita melalui ujian ini lah yang harus kita fikirkan. Saya juga insan yang lemah. Tetapi saat ini, kita harus sama-sama membina diri kita. Mungkin dengan putus cinta atau cinta ditolak ini, Allah ingin kita mendekatkan diri kepada-Nya dan meningkatkan iman kita. Dulu sebelum terjadi kesedihan ini mungkin kita jarang sekali baca Al-Quran, Solat Sunat Malam dan berjemaah di Surau. Oleh itu, ambil lah peluang ini untuk kita kembali kepada-Nya secara istiqomah. Walaupun tidak mampu melakukan ibadah itu dengan kadar yang lebih, lakukanlah yang termampu dan istiqomah. Kerana Allah swt lebih suka jika kita istiqomoh melakukan ibadah daripada melakukan secara berlebihan tetapi tiada istiqomah. Jadi, ini lah jalan utama untuk kita bina diri kita yang baru.

Seterusnya, carilah bahan bacaan yang dapat membina diri kita. Bukan hanya bahan bacaan mengenai cinta atau tips memperbetulkan hubungan cinta yang telah retak itu. Namun carilah sesuatu bahan yang boleh membuka minda kita tentang kasih sayang Allah kepada kita. Apabila sesuatu bahan bacaan itu membuatkan kita bermotivasi dan bersemangat, maka bacalah ianya berulang kali kerana adakalanya diri kita ini kembali rebah dan bersedih. Justeru, jadikan bahan bacaan itu sebagai satu inspirasi untuk kita bangun dan berjuang untuk kehidupan ini.

Kemudian apabila kita kecewa seperti ini, kita pasti akan merasa untuk menangis, meratapi dan bersedih. Ya, kerana saya juga pernah melalui semua ini. Persilakan untuk anda menangis dan bersedih itu. Tapi, jangan pula berlarutan. Sibukkanlah diri kita dengan sesuatu yang bermanfaat seperti study, beriadah dan buatlah sesuatu yang mampu menenangkan hati. Jangan terus berada dalam lingkungan kesedihan dan kekecewaan. Sedih dan kecewa itu perkara biasa untuk kita sebagai manusia. Namun, apabila saya sedih, saya selalu ingat yang Allah bersama saya. Ya, Dia tidak hanya bersama saya, tapi juga bersama kita semua. Ingat, senjata utama seorang mukmin itu adalah doa. Justeru, perbanyakkan doa.

Dan yang terpenting apabila kita kecewa atau sedih dengan keadaan putus cinta atau cinta di tolak ini, lepaskanlah semuanya. Jangan di fikir lagi tentang semua ini, teruskan kehidupan. Semua ini tak mudah. Kadang kala kita terfikir, siapa lagi yang nak kawin dengan kita? Tapi, kita harus mencuba untuk kuatkan diri. Bagaimana? seperti yang saya katakan tadi, lepaskan semuanya, jangan difikir lagi dan teruskanlah kehidupan kita. Dan pada ketika ini, ada sesuatu yang harus kita pelajari iaitu “KEIKHLASAN”. Ya, ikhlas lah. Apabila kita ikhlas, kita pasti melakukan semua itu hanya untuk mendapatkan keredhaan Allah. Tanamkan ini dalam hati kita, sematkan niat untuk ikhlas ini. Pasti, saya dan anda semua akan merasakan satu ketenangan. Jangan di fikir lagi, siapa yang salah dan siapa yang betul dalam hal ini. Jangan di fikir kenapa dia melakukan semua ini pada kita. Jangan difikir dengan siapa kita nak kawin dan adakah dia akan kembali lagi pada kita? Dia ini jodoh kita ke tak sebenarnya? Satu yang boleh saya katakan tentang setiap persoalan ini iaitu “sejauh mana pun kita fikir tentang semua ini, kita tidak akan menemui jawapannya”. Jika anda bertanya, Mengapa? Jawabnya pemikiran manusia ini terbatas, kita tidak tahu sesuatu yang ghaib melainkan Allah Maha mengetahui. Kemudian, ikhlas lah dan yakinlah setiap apa yang kita lakukan sama ada baik atau buruk, Allah pasti akan membalasnya. Sematkan ini juga di hati kita. Kita tak boleh lemah.

Jagalah hubungan kita dengan Allah, Banyakkan zikir. Singkapkan kembali definisi cinta yang kita terapkan di minda dan jiwa kita. Jika benar mencintai, bukan dengan cara ber dua-duaan. Couple atau coupling bukan syarat untuk mengatakan dia adalah jodoh kita. Ramai yang ber couple tetapi selepas nikah setahun dua, dah bercerai. Adakah itu di namakan jodoh? Wallahua’llam. Ya, putus cinta atau cinta di tolak ini memberi impak yang amat besar untuk saya dan saya tahu, untuk anda juga.Jadisama-samalah kita muhasabah diri. ingat, setiap kesulitan pasti akan di sertakan dengan kemudahan. peganglah pada janji-janji Allah. Dia sentiasa dekat dengan kita. Sebagai penutup kita renungkan maksud ayat di bawah ini;

“Dan sesiapa yang bertaqwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya), nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. Dan (Ingatlah), sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu.” [Surah At-Talaq ayat 2-3].

wallahualam..

**THE END**

Matured Dalam Bercinta?


Umur bukan penentu kematangan. Usaha dan cara berfikir adalah apa yang menentukan kematangan kita.
Kita perlu berusaha membangkitkan kematangan ini dan sentiasa mempertingkatkan kualiti kematangan kita. Walaupun umur kita baru menjengah 15 tahun, kita sepatutnya sudah mula merancang bagaimana mahu mempertingkatkan kematangan di dalam hidup mahupun cinta.
Tapi bagaimanakah untuk menjadi seorang yang matang dalam bercinta?

:- Bergaul dengan orang yang jauh lebih dewasa
Anda tidak akan matang sekiranya hanya berkawan dengan rakan yang sebaya dengan anda sahaja. Keluarlah dari kepompong dan bergaullah dengan orang sekeliling yang berbeza level dengan anda. Ambil teladan yang baik daripada persahabatan dan tidak sombong untuk mendengar pendapat orang lain.

:-Menambah ilmu
Tidak dinafikan ilmu pengetahuan ialah elemen penting yang membentuk sahsiah dan perwatakan seseorang itu ke arah yang lebih baik. Ilmu akademik mahupun kerohanian adalah sama penting dan perlu dititikberatkan.
Menonton rancangan bercirikan ilmiah atau dokumentari di televisyen juga salah satu bentuk pendidikan.

:-Membaca surat khabar
Maksudnya membaca keseluruhan isi akhbar itu dan bukan kolum hiburan atau sukan sahaja. Dan yang paling penting tahu tentang isu semasa yang berlaku sekarang .

:-Merubah gaya ber-SMS
Elakkan bertanya soalan-soalan menjemukan seperti “awak sudah makan?, makan apa?”, “awak betul-betul sayang saya?” atau soalan yang ekstrem seperti “apa nama anak sulung perempuan kita nanti?”, dan sebagainya.
Zaman bercinta monyet di sekolah dahulu bolehlah sebabnya waktu itu nak eja nama pun belum tentu tahu lagi. Inikan pula nak memahami maksud dan nilai CINTA.

:-Belajar daripada pengalaman
Orang tua pernah berkata “Pengalaman mematangkan lagi seseorang”. Ya, betul! Setiap orang mengalami pengalaman berbeza. Cuba ambil masa untuk muhasabah diri dan ingat kembali apa kesalahan dan kesilapan yang anda telah lakukan dengan cinta anda dahulu. Cuba perbaiki diri anda untuk menjadi sang pencinta yang baik.

:-Elakkan daripada bercinta 24 jam!
Bukan anda seorang sahaja yang dilamun cinta. Dan jangan disebabkan cinta, tanggungjawab anda sendiri diabaikan. Anda bukan lagi di peringkat sekolah rendah.
Tanggungjawab meningkat selaras dengan peningkatan usia. Kalau dahulunya, kita ke universiti untuk belajar tanpa memikirkan soal kerja dan duit. Tapi sekarang, kita sudah berada di alam pekerjaan iaitu alam dewasa. Banyak tanggungjawab terletak di atas bahu kita. Sesekali ambil masa untuk SMS si dia diwaktu rehat tidak salah cuma bukan 24 jam berSMS.

:-Tahu yang mana serius dan yang mana gurauan
Kita sering terbawa-bawa perangai dan sikap semasa kecil iaitu sentiasa inginkan gelak dan bergembira ke dalam bercinta. Ya, tidak dinafikan semua orang inginkan kecerian yang diriingi gelak tawa dalam perhubungan tetapi anda perlu menjaga batasnya. Anda perlu tahu bahawa ada masanya untuk bergembira dan adanya untuk menjadi lebih serius dalam bercinta.

:-Ubah penampilan anda
Kalau dahulu, anda mungkin tidak mengendahkan penampilan anda  setiap kali keluar bersama terutamanya lelaki. Dengan memakai tshirt round-neck yang bergambar ‘hantu’ ditambah dengan jeans yang berkoyak-koyak di bahagian lutut. Oh, anda nampak sangat selekeh di mata orang ramai terutama pasangan anda.
Bagi wanita pula, cuba berpakaian lebih sopan dan menutup aurat. Barulah nampak lebih ayu.

**THE END**

Tips Mencari Zauj yang Baik


aku yakin.. setiap wanita mahukan lelaki yang baik malah mampu menjaganya dan membimbingnya [aku pun sama].
disini ada sedikit tips untuk mendapatkan lelaki idaman atau lelaki melayu terakhir ... heee

antaranya :-

- Yang berkemampuan.

- Boleh dijadikan sebagai ganti ayah bonda. Sanggup melindungi wanita daripada segala bahaya dan kecelakaan yang menimpa kerana apabila seorang wanita rela dinikahi, bererti ia rela melepaskan dirinya daripada ayah bonda yang selama ini menjadi tempat pergantungan hidup. Kini berpindah kepada lelaki yang bakal menjadi suaminya.

- Pandai menjaga darjat diri, apabila bercakap dikota dan diamalkan. Selain daripada itu suami yang baik akan sentiasa mengajak isteri ke arah kebaikan, menjauhkan yang mungkar dan mendahului perbuatan itu. Begitu juga isteri yang baik. Seringkali la mengajak suami kearah kebaikan dan sering mengingatkan. Kerana ada ketika suami-suami ini terlalai.


- Berkebolehan di dalam urusan rumahtangga. Kebolehan memasak, menjahit juga membasuh akan membantu kerana lelaki yang biasa membuat kerja begini, tidak akan membebankan isterinya membuat kerja rumah sekiranya isteri tiada kemampuan.

- Mempunyai penuh kepercayaan kepada perempuan dan tidak mudah bersangka buruk. Biasanya apabila suami bertugas mencari nafkah maka isteri akan menjaga segala amanah harta dan anak di rumah. Sekiranya suami tidak mempunyai kepercayaan kepada isteri, ini bererti suami akan sentiasa menyangka buruk. Begitu juga isteri jangan menaruh sebarang syak wasangka yang buruk terhadap suami.

- Rajin, berpemikiran luas dan tidak memakan harta perempuan. Lelaki begini adalah ciri-ciri lelaki yang tidak pemalas, inginkan kemajuan serta tidak mengharapkan titik peluh isteri.

-Mudah memaafkan.

-Datang daripada keturunan orang yang baik-baik. Seelok-eloknya, mempunyai akhlak dan budi bahasa mulia.

Diharapkan dengan petua ini dapatlah anda gunakan dalam mencari lelaki yang baik untuk dijadikan sebagai pasangan dan yang akan membimbing anda ke pintu gerbang kebahagiaan yang kekal selamanya. InsyaAllah… :)

**THE END**

Monday 27 October 2014

Says.com : you know malaysia is rojak when people happily eat stuff like



Available at selected mamaks
1. Sup gearbox. Made from the bone marrow of a cow, the name is given due to the resemblance of a car's gearbox. The soup is rich, flavourful and is usually served with a straw.


available throughout Malaysia

2. ABC. Malaysians love their dessert and often have difficulty choosing what to eat. So why not mix them into one? Kidney beans, corn, groundnuts, grass jelly, 'attap chee', gula melaka, sarsi syrup, red syrup...


you can custom order this at mamaks.
3. Milo cincau. Just imagine, a chocolate malt drink with the sweet goodness of grass jelly. Yum!


available in Penang and selected shop.
4. Sup torpedo. For the adventurous, this soup is special, made from a bull's reproductive system and is said to be an aphrodisiac.


you can custom order this.
5. Michael Jackson. What is a Michael Jackson? A reference to the hit song "Black and White", it's basically just grass jelly with soy bean.


available at home >_<
6. Maggi curry ayam + Milo. Who would have thought a favourite Malaysian drink would go so well with a favourite Malaysian meal!



Available in most roadside rojak stalls. goes well with cendol
7. Rojak. You can't have a rojak list without including rojak. Rojak literally means a mixture. A mixture of what? From the fruits, the vegetables, to the peanuts, and topped with the sauce. Anything!



Available in Restoran Bubur Goreng, Klang
8. Fried porridge. You're probably thinking, how can porridge be fried? It can and it tastes delicious!



Available at Chuup, Damansara Jaya
9. Durian coffee. What's better than an aromatic coffee? A more aromatic coffee. Now no one can blame you for not being Malaysian enough.



Available at mamaks or at home
10. Mee murtabak. This weird combination combines a typical mamak dish with noodles. The result? A noodle pancake that is sinful and tasty.



available at Cielo Dolci, Paradigm Mall.
11. Chocolate + cili padi ice cream. If there's one thing Malaysians love the most, it's their chilli. So much so that we would incorporate it in our ice cream. Would you try it?

Love how you can only get these 'rojak' combos in Malaysia?

**THE END**

Keras Hati Umar Lembut Juga =)

[haish lama aku draft post ni. sungguh mendukacitakan lah aku ni..]

assalamualaikum. tadi aku terbaca satu buku. tajuknya, My Love 25 Kisah Inspirasi Diri.. dan aku berminat dengan kisah Umar Al-Khattab. serius aku memang kagum dengan Umar ni. sebab bayangkan lah daripada dia jadi 'bapak rempit', suka pancung orang, kejam.. akhirnya dapat dilembutkan hatinya dengan Al-Quran,,,

so.. .let's start our story.. cerita nya macam ni,

***

Suaranya bagai halilintar, memekik-mekik dengan nada yang menggerunkan. api kemarahannya membuak-buak. dalam suasana kelam kabut itu, Fatimah Al-Khattab cuba menyelamatkan suaminya dari dikasari. Malangnya, dia sendiri menjadi mangsa. Bayangkan, tangan Umar yang kasar itu singgah ke mukanya yang lembut. Darah merah meleleh dibibirnya. Terbit juga rasa sayu di hati Umar melihat keadaan adiknya yang menderita kesakitan.

Namun dia harus menjaga nama baiknya sebagai Pahlawan Bani Adi. Dia telah berjaya mengharumkan nama baik Bani Adi. Dia tidak mahu dicemuh oleh kaumnya, lebih-lebih lagi oleh para pembesar Quraisy. Masakan pula adiknya sendiri dibiarkan memeluk islam. Kalau benar, pasti ini akan memalukan dirinya dan kaumnya.

Tiba-tiba matanya tertumpu ke arah tangan Fatimah yang sedang memeluk helaian-helaian ayat suci al-Quran. Barangkali bacaan ayat-ayat yang didengari tadi datang dari lembaran itu. Lantas Umar tertarik untuk membacanya. Fatimah berasa ragu-ragu. Berdebar-debar. Dia bimbang jika helaian suci itu akan dikoyak-koyak oleh abangnya. Umar al-Khattab beria-ia memintanya. Malah dia berjanji akan memlulangkannya dalam keadaan yang baik. Sungguh hebat mukjizat maknawi  ini. Umar membaca satu persatu ayat dari Surah Taha. Entah mengapa hatinya terasa sangat tenang. tiba-tiba, dadanya terasa sangat sebak. Air mata mula menitis. Entah mengapa tak sabar rasa di hati untuk bertemu dengan Rasulullah.

Malam itu, mata Umar tidak mahu lena. Bau harum tubuh nabi yang didakapnya siang tadi masih-terhidu-hidu. Bukit Safa menjadi saksi pertemuan mereka. Dalam benaknya, terasa risau. Bagaimana kalau ketagihan araknya tiba-tiba menerkan setelah Islam menjadi anutan. Mampukan dia menjauhi teman-teman rapatnya seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan Abu Sufyan?

Rupa-rupanya, kehebatan hidayah Allah mengatasi segala niat jahatnya yang mula bertunas tadi. Rasulullah s.a.w. hampir dibunuhnya kerana teringatkan hadiah lumayan yang ditawarkan oleh Abu Jahal. Jaguh tinju Bani Adi itu sudah tidak mampu lagi menahan sebaknya. Umar menangis teresak-esak sekali lagi, setelah mendengar suara lunak Rasulullah s.a.w. membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Dengan kuasa Allah, Umar Al-Khattab mengucap kalimah syahadah buat kali kedu adi hadapan Rasulullah s.a.w. Bulat sudah hatinya untuk Islam. Biar sesiapapun yang datang menghalang, biar sesiapapun yang cuba melarang termasuklah kedua-dua isterinya, Mulaikah dan Quraibah yang enggan memeluk Islam, namun Islam tetap menjadi pilihan utama, Sekeras-keras hati Umar akhirnya dapat jua dilembutkan oleh Islam.

**********

Mari kita renungkan bersama. Setiap individu ada kelebihan dan kelemahannya, dulu jahil, kini menjadi bijak. asalnya gagal kini cemerlang dalam semua perkara, pada awalnya sentiasa melakukan kesilapan, kini sentiasa berhati hati. Orang yang bijak ialah orang yang sering belajar daripada kesilapannya. Orang yang hebat sering bermuhasabah mencari jalan untuk menambah nilai dan harga dirinya,

Wajar sekali kita mencontohi sifat Umar yang sentiasa bersemangat waja.  bukan selamanya yang jahat terus bergelumang dengan dosa. mungkin yang kasar itu akan menjadi halus budi pekerti. tidak mustahil sekotor-kotor hati akan bertukar menjadi bersih, sebersih kapas yang suci. belum tentu hati yang keras akan terus membatu.  Bak air menitis ke batu, lama-kelamaan akan melekuk juga.

Allah s.w.t tidak menilai kehebatan sesorang itu dari luaran. Dia menilainya dari kerjenihan hati dan kesucian jiwa. Belajar dari kesilapan adalan sifat yang paling mulia. Semua orang pernah melakukan kesilapan. orang yang mengakui kelemahan diri lantas segera mencari jalan untuk memperbaikinya ialah orang yang berani. Jika kita tersesat di hujung jalan apa salahnya kita kembali semula ke pangkalnya.

Memang tidak mudah untuk berubah. semakin kuat rasa ingin bertaubat, semakin hebat dugaan yang melanda. 

Lembutkan hatimu. Seperti Umar. Hatinya amat keras sebenarnya. Namun apabila beliau membaca ayat-ayat Al-Quran dan memahaminya, air matanya tumpah tak semena-mena. Kita pun sama. Hati yang keras masih boleh dilembutkan asalkan kita bersedia menerima teguran dan nasihat. Al-Quran lah sebaik-baik nasihat dan teguran. Dampingilah Al-Quran, semoga ayat-ayatNya akan melapangkan hatimu iaitu kamu terbuka hati untuk menjadi muslim yang baik.


**THE END**

Sunday 26 October 2014

Nukilan Muhammad Rusydi II

Assalamualaikum. hai! hari ni aku nak share lagi satu cerpen nukilan Muhammad Rusydi. yang ni buat aku rasa.. [speechless] haha! ok. maaf ya saudara. saya mohon nak share. he he he.. syukran.!

***


Aku Memilih Setia
karya: Muhammad Rusydi ( Rusydee Artz )

**

Hari ini aku harus berterus-terang. Luahkan segalanya pada suami.

Aku nak minta dia lepaskan aku. Ceraikan.

Ding!

Mesej masuk di Whatsapp.

“Awak jangan risau. Saya janji akan bahagiakan awak. Kuatkan hati, kuatkan tekad. Tak guna hidup bersama kalau dah tak cinta.”

Mesej dari pemuda yang sudah 6 bulan ku kenali. Tua dua tahun dariku. Bermula kenal dari Instagram bisnes tudungku. Dia tawarkan diri untuk jadi jurugambar professional. Kerja sebenarnya, arkitek di sebuah syarikat ternama. Hasil dari gambar-gambar cantik yang diambilnya, bisnes tudung makin bertambah maju. Dalam masa 4 bulan, sudah mampu bayar deposit kereta baru.

Dari hanya bisnes, akhirnya hubungan kami jadi rapat. Suamiku langsung tiada syak wasangka. Sangkanya cuma rakan perniagaan. Suami sendiri kenal pemuda itu. Malah, dia sendiri yang hantar dan ambilku ke studio untuk photoshoot. 

Dalam diam, pemuda itu meluahkan rasa cintanya padaku. Aku pada mulanya berat untuk menerima. Status ‘isteri orang’. Namun, lama-kelamaan aku mengakui punya rasa yang sama dengannya. Cinta tidak bertepuk sebelah tangan. Katanya, dia kagum dengan kecantikan dan kelembutanku. Matang dalam berfikir, bijak dalam bisnes. 

Bernikah seawal umur 21. Hayat perkahwinanku dah menginjak tangga lima tahun. Dikurniakan seorang cahaya mata lelaki. Suamiku kerjanya biasa saja. Seorang despatch. Itulah kerjanya sejak awal bernikah sampai sekarang. Kadang-kadang kerjanya itu sampai ke petang. Kadang sampai ke malam andai ada masalah. Semua kiriman dan surat perlu sampai tepat pada masa. 

Suamiku itu umumnya baik. Tapi, selalu kami bertengkar juga. Masalah dia terlalu sibuk. Tiada masa untuk anak dan keluarga. Balik lewat petang, dah sangat penat. Nak buat overtime lagi. Katanya nak cari duit lebih, nak beli rumah. Tak mahu lagi menyewa. Tiga empat bulan ni, dia struggle untuk tujuan tu. Banyak kali dia balik rumah, aku dah tertidur pun. Aku pula cuma suri rumah yang ada bisnes tudung di internet. Akhir-akhir ni, pendapatanku lebih lumayan berbanding suami. Minggu lepas kami bergaduh besar. Dia sangka aku nak menunjuk-nunjuk aku lagi lebih darinya; nak tunjuk aku dah ada duit, so aku nak belikan segalanya dalam rumah. Hatta kepada kereta pun. Dia rasa kecil hati tak pasal-pasal. Malas aku nak bertekak. Tension bila niat baik disalahfahami. Pertengkaran berlanjutan. 

Bila aku stress, aku adukan masalah pada pemuda si jantung hati. Dia sangat memahami. Malah, mampu menenangkan aku. Aku rasa damai di sampingnya.

Malam ni aku tekad. Aku nak bercerai.

Aku tunggu dia balik kerja. Lambat sangat sampai aku tertidur. 

Bila bangun, dia tak ada di sebelah. Aku tengok motornya dah ada di parkir. 

Aku melangkah ke bilik anak. Nampak pintu sedikit terbuka. Ternampak kelibat suamiku di dalam. Aku mematikan langkah sekadar di luar pintu. Aku menantinya keluar dulu dari bilik anak. Tak mahu anak terdengar nanti. Berdiri di sisi dinding bilik anak. Telingaku terdengar anak dan ayah sedang berbual. Menangkap jelas segala tutur kata.

“Ayah, kenapa ayah asyik cerita pasal Nabi Muhammad saja?”

Si ayah tersenyum menjawab,

“Sebab ayah nak anak ayah ni tiru Nabi. Tak ada cerita yang terbaik selain cerita Nabi. Buku cerita lain hanya berkisar tentang fantasi, fairytales. Sedangkan tu semua tak wujud. Khayalan. Namun, Nabi kita wujud di realiti. Malah, menanti umatnya di akhirat kelak. Hero kamu bukan ayah, bukan watak-watak komik cerita fantasi. Hero kamu adalah Nabi Muhammad. Bukan sekadar bedtime stories.

Ayah tak tahu banyak, jadi ayah bacakan saja dari buku Biografi Nabi Muhammad ni. Dulu, ayah belajar setakat STPM saja. Ayah tak pandai. Ayah orang miskin. 

Tak ada siapa pun ceritakan tentang Nabi secara terperinci pada ayah. Atok pun tak pernah. Jadi, ayah tak nak kamu jadi macam ayah. Ayah nak kamu jadi dewasa untuk jadi seperti Rasulullah. Berjaya di dunia dan akhirat. Andai suatu hari kamu tak berjaya di dunia sekalipun, kamu miskin sekalipun. Harapnya kamu tak miskin agama. Pegang kuat apa yang ayah cakap ni, ya?”

Si anak mengangguk. Senyum.

“Malam ni, ayah nak pesan apa-apa sebelum saya tidur?”

Si ayah menjawab ringkas,

“Ada. Ada seorang ustaz kata, kita kena berinteraksi pujuk anggota badan kita sendiri. Motivasi anggota badan supaya tak buat benda-benda tak elok.”

“Macam mana tu, ayah?”

“Misalnya, ambil masa seminit dua, sambil gosok tangan, cakap pada tangan, ‘Hei tangan, hari ini jangan buat maksiat tahu. Allah nampak.’ ‘Hai kaki, hari ni kita melangkah ke masjid ya.’ Usap mata pula dan kata, ‘Wahai mata, hari ni nak melihat yang baik-baik saja. Nak tundukkan pandangan.’ Beritahu dengan seluruh anggota badan yang selalu buat benda tak baik, ‘hari ini, kena takut pada Allah. Jangan buat maksiat, okay?’.”

Si anaknya tersenyum.

“Jadi, saya kena beritahu mata saya, ‘Wahai mata, hari ni jangan tengok kartun banyak sangat. Tengoklah Al-Quran!’”

“Pandainya anak ayah!”

Si ayah mencium dahi anaknya. 

“Dah, tidur ya? Baca doa tidur sama-sama. Allahumma Bismika Ahya Wa Amut. Ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan aku mati. Amin… Baiklah. Jumpa malam esok pula.”

Si ayah bangun dan nak keluar bilik. Tiba-tiba tangan si ayah digapai si anak. Menangguh langkahnya.

“Ayah sayang saya tak?”

Ayahnya tersenyum.

“Sayang sangat.”

“Sayang umi tak?”

Ayahnya tersenyum lagi.

“Sayang. Lebih dari kamu tahu. 

Saat ayah tiada apa-apa dalam hidup, umimu itu sanggup terima ayah jadi suaminya. Baik kan hati ummi? 

Sayang ayah pada umi, sampai menutup mata. Sampai akhirat sana.”

Anaknya tersenyum lebar sampai terlelap.

**
Suamiku melangkah keluar bilik.

Langkahnya terhenti.

Aku menanti di luar bilik. Basah sudah pipi ini dengan air mata. Mengalir tanpa henti. Sungguh hati ini terusik sangat dalam. Aku tak tahu pun suamiku itu setiap malam berada di sisi anak bercerita tentang Rasulullah s.a.w.. Selama ini, ku sangka suami itu langsung tidak peduli.

Sungguh, aku khilaf!

Ku capai tangan suami. Ku salami tangan kasar itu.

“Awak ok ke?” 

Suami kaget seketika.

“Maafkan saya, abang. Maafkan saya. Selama ini, saya curang dengan abang. Saya isteri derhaka. Maafkan saya. Ampunkan saya, bang.”

Suami mengusap ubun-ubun kepalaku.

“Abang dah lama tahu… Abang maafkan..”

Suamiku itu senyum. Tapi, ternyata ada hambar di wajahnya.

“Awak cinta lelaki cameraman tu? Kalau awak cinta dia dan dah tak cinta abang, abang rela korbankan kebahagiaan abang demi melihat awak bahagia.”

Kerana terpaksa, dia relakan. Rela lepaskanku. Bagai nak luruh jantungku ketika itu. Menggigil tangan. Seram sejuk. Aku yang tadi rasa diri kuat nak minta cerai, sekarang dah kaku terus. Tak berdaya. Dalam terketar-ketar, ku kuatkan hati. Sebak mencengkam rasa. Air mata tak daya diseka.

“Tak nak…tak nak..Saya nak abang seorang je…Nak ke Syurga dengan abang…bawa anak kita sama..”

Lantas suamiku itu tersenyum. Kali ini riaknya ikhlas riang. 

Tumpah air mata lelakinya di hadapanku. 

“Jangan ulang lagi…Hargai abang..boleh?”

Ringkas saja tuturnya dalam sebak bicara sama.

Rupa-rupanya dia naik angin dan bertengkar bukan kerana aku ada duit banyak, ada duit lebih. Tak, dia marah dan sakit hati bila dapat tahu tentang aku dan pemuda itu. Disembunyikan sedaya boleh.

Aku mengangguk mengiyakan.

“Tak kisah suami awak ni miskin? Tak kerja best?”

“Tulusly, tak kisah!”

***
Mesej Whatsapp masuk. DP pemuda kacak. Si cameraman merangkap arkitek.

“Macam mana? Dah selesai?”

Aku membalas ringkas mesej itu.

“Maaf. Saya putuskan untuk memilih setia. Kita selesai di sini. Lepas ni, suami saya sendiri yang akan jadi cameraman.”

Mesej masuk lagi.

“Tapi..tapi…kita kan sama-sama menyintai! Dah janji sehidup semati!”

Aku terus tekan uninstall Whatsapp. Buang sim. Patahkan. 

Depan suami.

Dalam hati, enggan lagi melukai. Insan yang lama setia di sisi.

Enggan kerana indahnya mahligai harapan yang belum jadi kenyataan, setia sanggup ku korbankan.


----
jujur aku betul-betul minat dengan penulisan dia. terlalu minat. kalau dulu aku minat dengan lukisannya. kini aku lebih meminati penulisan dia. sememangnya superb!

**THE END**

Isi Hati Fafa

Assalamualaikum, Lama tak update post kan? hhmm lama. sebenarnya ada je yang nak di post tapi asyik draft sebab kekangan masa. Sorry my sweetie blog. hehe

hari ni aku ingat aku nak feeling lah. bukan feeling cintan cintun.. [serious talk]
pejam celik pejam celik... dah bulan oktober dah nak habis dah kan. apa tandanya? tandanya cuti sekolah pun dah nak dekat.

Allah! aku rasa macam baru je semalam first day 2014.

tadi aku duduk termenung, terfikir apa yang dah berlaku sepanjang 10 bulan ni. Ingatan aku terimbas waktu aku mula-mula tegur sahabat aku. Nurin Jazlina Joehan. dah setahun lebih aku tak bertegur dengan dia. atas faktor salah faham. takpelah. mungkin memang aku penyebabnya. aku dah tak nak kenang apa masalah aku dengan dia tu dulu.

moment yang indah. hati berbunga. siapa tak seronok dapat bertegur dengan sahabat yang dah setahun tak bertegur.

dah lain dah dia ni. dah tak macam dulu. sekarang lebih bergaya. lebih vogue. sedikit bangga aku dengan dia ni. kegemarannya pun dah berubah. dulu jiwanya lebih ke arah muzik dari negara seberang. kini jiwa nya lebih ke arah barat. tapi aku tak pernah ambil kira semua tu. sebab bagi aku, dia tetap dia yang dulu. yang ada prinsip. yang ada pendirian. yang akan fight hak dia.

dalam masa yang sama...
dia bergaduh dengan kawan aku jugak. Saidatul. aku tak nak fikir dan kenang apa punca masalah diorang. sebab bagi aku masalah tu bukan masalah aku. tapi masalah diorang.
jujurlah aku cakap. bila sahabat dan kawan aku bergaduh.. aku yang innocent ni pun terlibat sama. mungkin sebagai orang tengah atau orang ketiga. tapi seboleh-bolehnya aku mintak simpang lah perkara macam tu. seriau aku dengar.

tapi.. benda kalau nak jadi, jadi lah dia. aku tak tahu lah apa yang sai cakap dekat nurin sampaikan nurin jadik benci dekat aku sekarang. oh ya aku dah ingat.. nurin ingat aku fitnah dia tidur serumah dengan bf dia. nauzubillahiminzalik.. aku takde lah bodoh atau zalim nak fitnah sahabat aku macam tu sekali. tapi aku dapat tahu yang sai yang kata.

takpelah. kalau tu yang boleh buat sahabat dan kawan aku berbaik. dendam terhapus. aku redha. aku terima. biarlah aku korbankan diri dan persahabatan yang terjalin.. biar hanya aku dan Allah tahu kebenarannya.

Lagipun aku mengaku.. aku jujur. tanpa dia sebagai sahabat aku.. aku mungkin terkesan. tapi kerana manis persahabatan tu bukan di tangan kita. tapi di tangan Dia. aku yakin. Perginya nurin dari hidup aku.. Allah akan gantikan dengan yang lebih baik. ingat Allah. Allah. Allah. Serahkan semuanya kepada Allah.

....
..
.

[23 oktober 2014]
Alhamdulillah. aku baru je balik kursus jati diri prs. seronok. dapat banyak sangat ilmu baru yang insyaAllah akan aku guna. tapi apa yang paling penting. aku dapat kawan baru. bukan kawan je. tapi rakan. baik lelaki mahupun perempuan. bayangkan lah. dalam masa kurang dari 1 jam.. aku bertegur dengan hampir semua peserta dalam dewan tu. haha! pencapaian tu tau! tapi dalam banyak2 peserta tu, aku paling 'cling' dengan geng satu dorm aku lah. Syafiqah, Laila, Mastura, Zahra.. (ada  lagi sorang tapi aku tak ingat nama dia). walaupun dua hari satu malam je. tapi ukhuwah yang terikat tu ikatan nye ketat sampai ke hari ni. Alhamdulillah.

bayangkanlah. bukannya rakan rapat aku yang tahu dulu yang hati aku dicuri oleh seorang peserta waktu kat kursus tu [oppss kantoi pula. ah takpe. sekadar perkongsian] .. tapi geng satu dorm aku yang tahu dulu. he he he~

aku bukannya nak membandingkan atau memburukkan kawan2 baik aku. tapi apa yang aku rasa ni aku nak luahkan bagi tatapan pembaca, seronoknya menjalin ukhuwah. lagi-lagi ukhuwah yang dibina kerana Allah. sebenarnya.. kita tak perlu la nak cari sahabat yang berharta, yang 'gila-gila', atau yang suka bertindak tanpa dijangka. cukuplah kita cari sahabat yang boleh mengingatkan kita tentang perkara asas seperti solat atau pun mengingatkan kita untuk menjauhi perkara yang lagha. Aku cuba nak jadi rakan dan sahabat yang terbaik. tapi aku sendiri hanyalah manusia biasa. banyak khilaf. kadang-kadang berlaku salah faham. normal lah dalam persahabatan berlaku misunderstanding.

jujurlah. aku pun seorang yang gila-gila dan sangat periang. [kadang-kadang hyperactive].. dan aku pun inginkan rakan atau sahabat yang memahami aku dan sentiasa ada tak kira susah atau senang, aku pun teringin jugak nak kawan yang sidu mendengar luahan hati aku tak kala aku perlu sesorang untuk mendengar. dan kalau boleh aku nak dia rasa apa yang aku rasa. tapi sebagai manusia biasa kita tak boleh nak jadik perfect macam ni kan. yes. aku faham. aku pun cuba untuk jadi yang paling perfect untuk kawan-kawan aku. kepada sahabat yang membaca.. maafkan aku kalau aku ada mengguris hati kau dengan tutur kata aku. aku ni hanya manusia biasa.

dan kepada yang berkenaan,.. tolonglah.. hargai aku. aku dah terlalu penat untuk jaga hati kau dari dilukai atau terluka. tapi kau sendiri melukai hati aku.. mungkin kau tak sedar yang aku terluka sebab aku sedaya upaya sorok apa yang aku rasa demi menjaga hubungan kita.

akhir kalam..
bak kata Rusydee Artz
"Saat Allah masih beri waktu..
Hargai aku.."


*terima kasih sudi baca isi hati saya =)

**THE END**

Nukilan Muhammad Rusydi

Assalamualaikum. semalam waktu aku tengah buat blogwalking. aq tertarik dengan satu post dekat satu blog ni. gbar dia semua cantik2. seraya aku gerakkan mouse untuk mendalami isi blog tu. post pertama yang aku baca.. cerpen. masuk hari ni. dah dekat 5 kali aku baca cerpen ni. tak pernah sekalipun aku tak menangis. asal baca. aku hayati. sumpah. aku mesti menangis. kadang-kadang takut jugak perkara macam ni jadik dekat diri aku. he he he.
kalau korang nak tahu.. ni aku share. aku copy dari blog dia. cerpen nukilan Muhammad Rusydi. =)

karya original : Muhammad Rusydi ( Rusydee Artz )

Sudah enam bulan berlalu. 

Tak pernah ku duga. 

Dia berdiri di hadapan mataku. Selama ini, dia cuma muncul di alam mimpi. Tapi, hari ini tidak lagi. Sedang menantiku di parkir tempatku bekerja. Aku baru saja habis lunch. Usai solat Zohor. Menerima sms ringkas darinya. Dah berbulan lamanya tidak ada sebarang khabar berita. Tiba-tiba, hari ini menjelma dengan tuannya sekali. 

Katanya sudah di tempat kerjaku. Nak jumpa. Penting.

Aku sedikit gelisah. Namun, ku hayunkan jua langkahku mendekatinya. Hati sedikit berdebar. Belum sempat ku sapanya, ku lihat ada manik-manik air mata telah menitis di pipinya.

"Bawa aku lari...tolong... Kita nikah!"

Suaranya serak menahan sebak. Namun, mesejnya jelas.

Tergamam seketika. Aku terus mengajaknya masuk ke dalam kereta. Mesej bos, keluar seketika ada emergency. Ku hidupkan enjin kereta. Terus meluncur ke jalanan. Entah ke mana arah hendak dituju. Aku sendiri pun tak pasti.

Yang berada di sebelahku ini, statusnya bukan bujang. Tapi, isteri orang. Ya, bini orang. Milik orang lain. Ada suami. Dah kahwin. Makna yang sama. Wanita ini, yang dulunya pernah menjadi teman wanitaku. Aku teman lelaki terakhirnya sebelum dia bernikah.

Kenapa bukan aku yang jadi suaminya? Kenapa lelaki lain?

Alasan paling konkrit manusia selalu sebut. 'Bukan jodoh. Tak ada jodoh.' Namun, cerita di sebaliknya, cinta kami terhalang oleh keluarga. Bukan kerana aku tak baik. Bukan kerana dia tak baik. Tapi, kerana keluarganya merasakan ada yang lebih baik untuk anak mereka. Jika aku berada di tempat ibu dan bapanya sekalipun, pasti enggan melepaskan anak sendiri nikah dengan lelaki yang tiada jaminan hidup.

Aku hanya pekerja kontrak. Senang cerita, tidak berjawatan tetap. Betapa besarnya erti jawatan tetap dan berpencen pada mata ibu bapa zaman sekarang. Dulu pun. Jawatan tetap tu bukan tak mampu dapat, tapi perlukan lagi beberapa tahun. Makan masa sikit. Bukan tidak ada gaji. Tapi, gajiku tidaklah setaraf orang lain. Gaji yang cukup makan untuk orang bujang saja. Untuk hidup berkeluarga, tidak sesuai. Bagi aku, ada tapak untuk kerja itupun sudah cukup bersyukur.

Takdir menemukanku dengan gadis ini. Ku sangkakan dia orang biasa sepertiku. Tapi, saat pertama kali ke rumahnya untuk bertemu orang tuanya, terkejut. Pagar rumah saja sudah melepasi kepalaku. Apatah lagi rumahnya yang seperti mahligai. Malahan, baru ku tahu dia anak tunggal perempuan. Darjat kami berbeza. Cara hidup berlainan. Status ibu bapaku dan ibu bapanya juga macam bumi dan langit. Ibu bapaku cuma orang kampung. Ibu bapanya kerja kerajaan, bergaji besar.

Pada mulanya, semua baik. Direstui keluarganya. Lalu, aku meminta tempoh. Supaya aku dapat bersedia, kumpul duit nikah. Malahan, ibu bapaku merasa tebal muka untuk bertandang ke rumah pihak perempuan dalam keadaan aku tidak bersedia dari segi kewangan. Masakan mahu meminang anak dara orang dengan tangan kosong. Biasalah. Ibu bapa mana yang tidak mementingkan maruah. Semua orang fikir tentang maruah keluarga. Air muka yang perlu dijaga. Kaya dan miskin, sama saja.

Masa berlalu. Berbulan-bulan. Namun, tabunganku tetap juga tidak banyak. Hingga aku mula mengambil langkah berkira-kira untuk buat personal loan. Keluarganya mula mendesak, agar dihantar rombongan dengan segera. Kata mereka, ramai yang nak masuk meminang anak mereka. Aku mulai rasa tekanan yang hebat. Mana mahu cekup duit beribu-ribu dalam masa singkat? Hingga saatnya aku betul-betul down. Akhirnya, buntu jalan. 

Tapi, apakan daya. Tuhan penentu segalanya.

Di saat aku kebuntuan, aku dikejutkan dengan berita yang memeritkan hati. Orang yang aku sayang ditunangkan dengan lelaki lain! Tanpa dimaklum sedikit pun padaku. Aku tahu-tahu, semua dah selesai. Aku tanya si dia, kenapa terima? Dia kata kerana aku lambat, banyak sangat alasan nak bawa rombongan datang segera. Mak ayah dia dah bising. Dia tertekan sama. 

Kemuncaknya, mak dia sendiri contact. Marah aku. Jangan hubungi lagi anaknya. Kata bondanya, dah beri sejuta peluang, aku yang sia-siakan. Aku dan keluargaku yang salah. Semua kesalahan dicampakkan ke mukaku. Semua penyesalan dilontarkan kepadaku.

Akhirnya aku meniti hari-hari penuh luka hinggalah dia bernikah. Bukan orang lain, dengan saudara-maranya sendiri. Hancur hatiku.

Segala kenangan silam. Bagaikan baru berlaku semalam.

"Kau datang dengan apa ni?"

Aku memulakan perbualan.

"Naik teksi."

Huh. Dari KL ke Perak. Bukannya dekat. 

"Apa dah jadi sebenarnya?"

Dia menangis-nangis.

"Aku tak boleh hidup dengan suami. Aku tak boleh! Aku dah cuba banyak kali, tapi hati ini. Hati ini sikit pun tak berjaya menyintai. Dari bulan pertama, sampailah semalam. Aku gaduh besar semalam. Dia marah aku. Dia marah sebab tak rasa pun aku cinta dia. Dah memang tak cinta, memanglah tak rasa. Aku tak mampu nak berpura-pura lagi. Tak boleh!

Aku boleh sayang dia sebagai suami, tapi tak boleh cinta. Sebab, cinta aku hanya untuk kau!"

Dia menoleh ke arahku. Dengan hamburan air mata.

Bagai tercabut jantungku. Dah lama tidak ku dengar ungkapan keramat tu. Dalam hati bercampur baur. Antara gembira dan sedih. Antara terluka dan teruja.

Ku pecut kereta. Entah destinasi ke mana. Dah pun keluar dari daerah tempat ku kerja. Fikiran tidak keruan seketika. 

"Tapi, kau lupakah, kau sendiri yang terima risikan keluarganya? Lupakah, kau sendiri yang mengiyakan proses pertunangan? Lupakah, kau mengizinkan dan menerima sehingga hari akad nikah?

Kau lupakah, aku yang ketika itu sedang berusaha sedaya upaya untuk cari duit nikah kita, tapi terima perkhabaran kau sudah dipinang orang, sampai pergi melutut depan kau. Suruh terima aku kembali?

Kau lupakah, sedikit pun tidak kau bersungguh untuk fight back demi cinta kita? Padahal keputusan di tangan kau ketika itu. Kau yang nak kahwin, bukan keluarga kau!

Kau lupakah, aku yang dimarah dan dihina oleh keluarga kau sebab terhegeh-hegeh nak kau balik?!

Memang aku ada buat salah sampai kau berubah hati, tapi besar sangatkah salah tu sampai nak hukum aku seberat-beratnya? Hukum dengan penyesalan seumur hidup? Hukum dengan perpisahan selama-lamanya antara kita?"

Ah. Teruk. Aku berkata-kata spontan penuh emosi. Air mata mengalir sendiri. Sudah terlalu lama ianya membekam di hati. Marah dan geram bercampur baur. 

Aku memberhentikan kereta di tepi jalan. Berhampiran dengan taman tasik. Tak dapat drive. Mata dah kabur diselangi air mata yang bergenang.

Aku dan dia sama-sama menangis.

Aku keluar dari kereta. Berjalan ke arah tasik. Dia menuruti langkahku. Bila betul-betul depan tasik, aku berhenti.

"Aku hantarkan kau balik ke rumah suami kau."

Dia menggelengkan kepalanya.

"Tak nak! Aku tak nak balik! Nak hidup dengan kau!"

Dia mencapai tanganku. Aku tergamam. Perlahan-lahan, ku tarik lembut tanganku dari genggamannya.

"Kisah kita..dah berakhir…"

Dia tersentak.

“Kau dah ada perempuan lain?!”

Aku menggeleng.

"Di saat kau terima pinangannya dulu, kau dah campak aku jauh-jauh dari hidup kau sampai bila-bila. Kau tahu tak, betapa sukarnya aku kena survive di kala kau berbahagia dengan hidup baru?

Di saat kau bergembira buat persiapan nikah, pilih baju nikah, tempah itu dan ini, aku pula melawan hati rabak sendirian. Selama tiga bulan, tiada satu hari pun berlalu tanpa air mata. 

Aku cuba bangkit kembali, tapi demi Allah aku tidak kuat. Tapi kerana Allah, aku harus kuat. Apa yang aku buat, aku cari Dia. Selama kita bersama, aku alpa. Aku jauh dari Dia. Akhirnya, air mata ini tumpah jua di sejadah. Tak mampu tuturkan sepatah perkataan pun waktu berdoa. Sedih terlampau."

Dalam hati mengakui, andai Tuhan tiada di sisi, aku dah lama mati. Andai ku gadaikan agama ini, sudah lama iman ini mati. Pasti sudah lama aku bunuh diri. Kerana kecundang patah hati!

Tuhan mengambil sesuatu yang aku sayang, kerana Dia lebih tahu cerita masa depan. Dia lebih tahu, apa yang diriku tidak tahu. Dia cuba meluruskan diri ini kembali. 

Ku lihat dirinya menangis dan menangis.

Tak lama di tasik, aku mengajaknya ke suatu tempat. Drive kembali dalam keadaan dirinya sugul dan isak tangis belum ada tanda mahu berhenti.

Sampai di satu perumahan. Berhenti betul-betul dalam pagar sebuah rumah kecil. 

"Ni, rumah yang aku beli. Buat pinjaman bank. Yang aku cari untuk kita hidup bersama dulu."

Dia sedikit terkejut. Aku keluar dari kereta. Dia menurutiku. Ku buka pintu rumah yang berkunci. Biarkan saja ia terbuka.

“Jangan risau, aku tak masuk sama. Kau masuklah. Tengoklah sendiri. Aku tunggu di luar.”

Dia masuk rumahku itu dengan berhati-hati. Langkah saja, sudah terlihat namaku dan namanya disatukan dalam frame yang tergantung di ruang tamu. Hadiah-hadiah yang diberikannya dulu, kemas tersimpan di meja ruang tamu. 

Melangkah ke bilik tidur. Di situ, telah siap katil pengantin. Tidak terusik. Namun, nampak seperti dikemaskan setiap hari. Memang aku kemaskan bila ada masa. Di dinding pula, tergantung sepasang baju tunang yang aku siapkan untuk diriku. Tidak ku pakai. Di meja sebelah katil, ada sebuah diari. Yang aku tuliskan untuknya selama aku bersamanya.

Dia membeleknya. Helaian demi helaian. Air matanya gugur lagi. Tak sangka. Setiap apa yang dia sebut, aku catatkan. Setiap bait katanya dulu, aku titipkan semula ke dalam diari. Setiap harapan, setiap impian, setiap mesej hatta perbualan dalam Whatsapp aku salinkan ke dalam diari. Sungguh. Diari itu adalah tempat aku curahkan segala perasaanku kepadanya. Cuma, tiada berkesempatan untuk diserahkan pada tuannya. Akhirnya, diari itu usang. 

Di belakang kulit diari, ada sepasang cincin tersemat. Cincin murah saja. Untuk pertunangan kami kononnya dulu. 

Dia berlari keluar ke arahku. Dengan titisan air mata di pipinya. Nampak seperti ingin memelukku. Lantas ku meminggir sedikit. Mengelak. Enggan.

“Aku minta maaf. Hanya rumah kecil ini yang aku mampu sediakan untuk kau dulu. Ini pun, tak lama lagi akan aku biarkan saja dilelong bank. Sebab, bila diingat dan dikenang, semua ni buat aku sedih.

Mari, aku hantarkan kau balik.”

Aku mengunci pintu rumah, berjalan semula ke kereta. Namun, ditahannya aku dari masuk kereta.

“Kau dengarlah dulu penjelasan aku. Please!”

Aku diam. Berpeluk tubuh. 

Dalam hati, rapuh.

Aku lihat dia bersungguh-sungguh. Aku lihat dia masih cantik seperti dulu. Sayang, bukan milik aku.

“Siapa kata nikah kerana suruhan keluarga, aturan famili ni boleh bahagia? Mungkin ada yang bahagia, tapi tak semua! Ada saja yang tak bahagia.

Aku antaranya. Aku mangsanya!

Orang kata, nikah kerana taat kepada ibu bapa ni dapat restu keluarga. Berkat. Restu, restu dan restu. Itulah yang orang pandai cakap.

Tapi, hati ni. Hati ni tak restu dan tak reda pun! Kau faham tak?!

Meski jasad aku ini milik suami, sah milik dia, tapi hati aku bukan padanya. Pada kau!

Sekarang, aku tak nak dengar lagi tentang restu keluarga bagai semua tu. Tak nak! Aku dah lama bosan dengar semua tu. Memang, masa aku terima dia tu, aku pertimbangkan maruah keluarga. Aku pertimbangkan air muka orang tua aku dan orang tua suami aku. Aku tak nak malukan mereka. Aku takut. Aku takut!

Kau tolonglah faham. Aku cuma seorang perempuan yang lemah. Tanpa daya upaya untuk melawan kehendak orang tua!”

Aku terdiam lama.

Angin petang bertiup menerbangkan ekor-ekor rambutku. Lantas ku balas ringkas,

“Apa beza malu ketika itu dan malu ketika ini? Kalau kau lari kepada aku, lari dari suami kau, lari dari keluarga kau dan mentua kau…bukankah itu semua melibatkan maruah semua orang? Malah, sudah pasti, hubungan kau dan aku seandainya mahu disambung semula pun tidak akan direstui keluarga kau.”

Dia tertunduk. Hilang hujah.

“Kau nak jadikan aku watak antagonis lagi? Seperti dulu? Aku jadi watak jahat, watak ketiga yang hadir di antara kau dan tunang kau ketika itu?”

Dia tak dapat jawab. Menangis. Diam.

“Pulanglah padanya..”

Kali ni nada suaraku mulai mengendur. Kalau ikutkan hati, mahu saja aku turutkan kehendaknya, larikan saja. Namun, suara imanku masih mahu bersuara.

“Mungkin hari ini kau tak cinta suami kau. Doalah. Moga suatu hari, mungkin setahun dua lagi, kau akan terasa cinta pada suami kau. Kau belum dapat baby, kau masih terasa bujang. Kau masih tak terasa hidup berkeluarga secara sempurna.

Nanti bila kau dah hamil, kau akan nampak pengorbanan dan kebaikan hati suami kau. Dia ada segalanya yang kau mahu dulu. Dia ada rupa, harta, darjat dan status. Kerjaya yang lumayan. Dialah yang jadi menantu kesayangan parents kau. Hanya dia. Dialah yang famili kau galaskan seluruh kepercayaan untuk jaga anak mereka.

Mereka tahu mereka takkan hidup lama. Ya, mak dan ayah kau. Mereka dah tua. Sekeras apa pun mereka, mereka tetap akan pergi jua suatu hari nanti. Mereka tahu mereka tak berdaya jaga kau selama-lamanya, sebab itu mereka nak orang yang boleh jaga anak mereka sama seperti jagaan mereka. Mereka letak harapan tinggi pada suami kau. Untuk jaga dan sayang kau sepenuh hati.

Bukankah itu yang suami kau tengah buat?

Hidup ini. Perlukan pengorbanan. Waktu sebelum kau kahwin, kau dah korbankan aku dan cinta kita. Sekarang, sekali lagi kau kena korbankan cinta kau pada aku. Aku juga begitu. 

Berkorbanlah untuk suami dan keluarga kau.

Hidup ni terlalu singkat untuk menikmati. Lepaskanlah aku dari hati kau. Letakkan Tuhan dalam hati. Andai kau tak mampu menyintai sekalipun, lakukanlah kerana Dia. Berkat datangnya dari keikhlasan pada Allah. Restu itu dari Ilahi.

Bukannya keberkatan itu dengan taat membuta tuli pada arahan ibu bapa. Arahan ibu-bapa kadang-kadang tidak berlandaskan agama pun. Ikut emosi dan nafsu semata. Unsur paksa sepatutnya tiada pun dalam agama untuk sesuatu pernikahan. Namun, kau maafkanlah mereka. Mereka cuma nakkan yang terbaik. 

Benda dah berlaku. Apa yang terjadi, biarkan terjadi.

Aku rela. Korbankanlah aku sekali lagi. Korbankan kasih aku untuk Allah.”

Lutut aku dah goyang. Jatuh terduduk depannya. Sukarnya meluahkan kata-kata yang aku sendiri pun tak suka. Tak rela. Air mata menitis laju membasahi pipi. Bodohnya aku. Dalam hati menjerit, 

“Aku sayang kau sangat-sangat, bodoh! 

Mungkin aku lelaki yang paling bongok dalam dunia ni, tapi part perasaan dekat kau, aku paling tulus!”

Saat yang sama hati mengakui,

"Mana bisa diikat kaca pada permata. Mana mungkin kasih berlantaikan hati kita..."

Dia menangis sama.

“Kalau aku ikut cakap kau, aku dapat apa?”

Aku cuba berdiri balik. Cuba ukir senyuman.

“Kau dapat masuk Syurga. Kaulah isteri solehah. 

Suami kau bukan sezalim Firaun. Kau tak perlu jadi Asiah, tapi ambillah semangat Asiah untuk hidup bersama dengan suami. Setia sampai akhir bersama. Tidak pernah sekali pun dia tinggalkan Firaun. Itu suaminya. Seburuk-buruk manusia di muka bumi ini, tetaplah suaminya. Pernah dia merasa dan melalui saat-saat gembira bersama. Sekeras-keras Firaun, lembut hatinya untuk meraih Nabi Musa a.s. sebagai anak angkat yang sama-sama disayangi. Saat dipaku Firaun hingga ajalnya, adalah sebagai seorang isteri yang setia.

Ingat, sematkan dalam hati. Tiada lelaki yang lebih baik dari suami kau. Hatta aku pun tidak boleh jadi sebaik suami kau. Tiada lelaki lain. Tiada.”

Aku menyuruhnya masuk ke dalam kereta. Hari dah lewat. Aku harus lekas menghantarnya pulang. Perjalanan bukannya sejam dua.

Dalam kereta. Kami banyak berdiam diri. Masing-masing memendam rasa. Setengah jam sebelum sampai ke rumahnya, dia bertanyakanku.

“Cinta kita ini bagaimana?”

Aku cuba senyum lagi.

“Cinta ini bukan milik kita. Milik Dia. Hati itu pun sama. Milik Dia. Serahkan balik cinta itu pada Allah. 

Cinta pada aku ni, kau masukkanlah dalam botol, tutup kemas-kemas, campak saja ke laut. Jangan berpaling lagi.”

Dia tanya lagi,

“Kalau aku sedih juga?”

Aku senyum lagi.

“Tak perlu bersedih lama. Cinta itu milik Allah. Allah lebih mengetahui segala. Perancangan Dia lebih dulu dari kita. Dia tahu bila dalam hati kau akan pudar rasa cinta. Dialah yang memudarkan rasa itu. Dia juga yang cambahkan rasa cinta kau pada suami kau nanti. Semuanya kerja Dia.

Hari ini mungkin kau berjalan dengan tidak cermat dan tidak berhati-hati. Kau tersilap langkah sehingga buat keputusan terburu-buru seperti hari ini. Hari ini dan esok, waspadalah jangan terpijak atau memijak onak dan duri. Jangan kau kutip lagi serpihan kaca. Buka mata, buka mata hati, guna iman dan takwa. Akhirnya, 'kan kau jumpakan permata.

Permata kau adalah suami kau. Serpihan kaca adalah aku.”

Sampai ke destinasi. Aku menurunkannya jauh sedikit dari rumahnya. Besar rumahnya. Tak seperti rumahku. 

Dia berlalu meninggalkan aku. Ucap salam terakhir padaku. Mungkin, kami tidak akan bertemu lagi sampai bila-bila. Ah. Bagiku, perpisahan yang sebenar bukanlah ketika di dunia. Bukan ketika manusia itu mati. Bukan juga ketika manusia itu dihidupkan kembali. Tetapi, perpisahan sebenar ketika dua manusia yang menyintai itu berpisah ke dua cabang. Seorang ke Syurga, seorang ke Neraka. Itulah perpisahan yang paling menyayat hati.

Dalam hati bagai tertusuk sembilu. Pedih gila.

Berlagak cool di luar tidak mampu menyembunyikan rasa sakit dalam hati. Soalan terakhir sebelum dia keluar kereta tadi,

“Bagaimana kau boleh jadi sangat tabah? Tanpa aku?”

Aku cuma tersenyum. Tak jawab soalan tu. Tabah aku kerana Tuhan. Rebah aku kerana aku.

Ku pecutkan kereta merentas lebuhraya. Sudah malam. Air mata berderaian. Lepaskannya kerana terpaksa. 

Air mata yang bertakung menyulitkan pandangan mataku. Dadaku terasa sakit. 

Entah bila, keretaku tergelincir ke lorong yang salah. Melawan arus kenderaan bertali arus. Hon kuat dibunyikan. Bunyi brek tahap maksima. Ku lihat cahaya lampu tinggi dipancarkan ke keretaku.

Silau... 

......

..

.



Suami dingin membisu.

Balik lewat pagi.

Bila ditanya kenapa, katanya ada banyak kerja. Meeting. Jumpa client situ sini. Ada banyak projek. Sibuk. 

Sibuk, sibuk dan sibuk.

Selalu. Bukan hari ini. Sejak tiga bulan lalu. Sejak aku cuba lari dari rumah dulu. Sejak aku cuba lari kepada kekasih lamaku dulu. Namun, tidak kesampaian hajatku. Nyata, bekas kekasih tabah menghadapi hidup barunya. Tanpa aku. 

Kekadang terasa sangsi. Benarkah kekasih lamaku itu menyintai diri ini? Namun, dari riak wajahnya, dari titisan air matanya yang ku saksikan sendiri dengan mata kepalaku, sudah cukup membuktikan keikhlasan hatinya. Mungkin selama ini, aku saja yang buta melihat ketulusan hatinya. Bukan mungkin, memang aku buta.

Tapi aku, kini isteri orang. Cubaan kembali kepada kekasih hati, hanya berjumpa dengan jalan mati. Aku kembali sebagai wanita bernama isteri. Kepada seorang suami.

Hari ini, aku tekad. Sudah bosan terasa disingkir, dielak dan disisih suami sendiri. Bukan sehari dua. Sudah tiga bulan. Tiga bulan bukan tempoh yang singkat. Kesabaranku pun ada hadnya!

Tekad untuk menyungkil jawapan. Kenapa dia dingin terlampau begini?

"Abang."

Pukul 2 pagi. Suamiku itu baru pulang dari kerja. Usai berpakaian lengkap pijama kebiasaannya. Baring di sebelah. Membelakangiku. Menyahut malas panggilanku.

"Ya. Apanya? Dah lewat ni. Esok abang nak bangun awal. Ada banyak kerja di pejabat."

Aku bangun bersandar di kepala katil.

"Tolonglah terus-terang pada saya. Kenapa abang buat endah tak endah saja pada isteri abang ni? Bukan semalam, bukan minggu lepas. Tapi, dah 3 bulan, bang. Tiga bulan. Saya tak kisah pun abang tak tunaikan nafkah saya, saya cuma nak tahu, apa sebabnya?!"

Suaraku sedikit meninggi.

Tiada respon. 

Aku mencuba lagi mengulang soalan yang sama.

Kali ini, dia bangkit dari tempat tidur. Berdiri di hadapanku. Ku lihat mukanya sedikit bengis. Lantas membentak hebat.

"Awak tanya abang kenapa? Layak ke awak tanya abang soalan tu? Gaduh dengan suami, kemudian awak lari keluar rumah, cari pakwe lama, ingat abang tak tahu?!

Abang nampak dengan mata ni sendirilah, lelaki bangsat tu hantar awak tak jauh dari rumah kita. Kebetulan abang baru balik kerja masa tu. Memang Allah nak tunjuk, isteri macam awak ni jenis tak setia! Isteri derhaka! Nasib baik abang tak terajang saja awak dan ex-bf tercinta tu. Nasib baik suami awak ni masih boleh bersabar sampai tiga bulan!"

Aku tersentak. Terasa ke dasar hati. Pedas sekali bahasanya. Soalan dijawab dengan tohmahan. Dengan kemarahan. Spontan, air mata ini menuruni pipi. 

"Maafkan saya, abang. Tapi, saya dah tak jumpa dia lepas tu. Tak berhubung pun! Sumpah!"

Suamiku terus berjalan ke pintu bilik. Dicapai jaket dan walletnya. Segera aku mendapatkannya. Mencapai tangannya. Dia menyentak pantas tanganku. Enggan disentuh.

"Abang...dengarlah penjelasan saya dulu. Maafkan saya. Maaf..."

Dia berjalan keluar. Dicapainya kunci kereta. Aku segera menahannya. Namun, waktu ku cuba capai bahunya, kepalaku tiba-tiba pusing. Pening sangat-sangat. Pandangan di hadapanku gelap gelita.

Sedar-sedar, dah berada di hospital. 

Suami sedang bercakap-cakap dengan doktor. Kemudian, doktor datang kepadaku. Dengan senyuman penuh erti.

"Tahniah, puan. Puan dah tiga bulan hamil." 

Aku bagai tak percaya. Aku akan jadi ibu! Alhamdulillah. Gembira bukan kepalang. Doktor meninggalkan kami berdua.

Ku lihat suami yang tadi tersenyum happy depan doktor, tiba-tiba berubah watak. Sekelip mata, masam mencuka. Seraya berkata ringkas,

"Anak siapa dalam perut tu? Anak abang? Anak lelaki tak guna tu?"

Pecah berderai hati. Sinis betul. Sampai aku tak mampu mengeluarkan kata-kata. Tangisan menggantikan bingkisan hati yang tidak terluah. Tuduhan sebesar dunia seorang suami pada seorang isteri. Bukan dakwaan gurauan. Ni seperti sudah menganggapku terlanjur buat kerja terkutuk dengan bekas kekasih.

Sehina itukah diri ini?

"Sampai hati...."

Mulai saat itu, layanan makin dingin ku terima. Ku sangkakan kemarau sudah sampai ke penghujungnya, rupanya berpanjangan hingga tandus kering. Hingga luruh susut ke akar umbi.

Dua bulan berlalu.

Perangai suami makin menjadi-jadi. 

Kadang-kadang dia langsung tak balik kerja. Outstation berhari-hari. Entah betul entah tidak. Seribu alasan.

Aku ke klinik bersendirian. Buat pemeriksaan pun bersendirian. Kadang-kadang, aku dimarahi nurse. Sebab blood test suami diperlukan juga sekarang. Bukan isteri hamil saja yang diperiksa. Suami pun kena. Bermacam alasan ku berikan. Prosedur demi prosedur ku jalani sendiri dengan doktor. Cemburu sangat bila lihat pasangan hamil yang lain datang ditemani suami masing-masing. Ada yang bukan setakat suami, satu famili datang temankan. Tak sabar menanti kelahiran anak masing-masing.

Tapi aku? Ah. Pilu!

Aku pula sejak mengandung, badan makin berisi. Wajah yang dulu runcing, sudah jadi tembam bulat. Wajahku yang jadi kegilaan ramai dulu, kini tak ubah seperti makcik-makcik. Badan pun gempal. Efek hamil.

Pening, loya, sensitif masa mengandung makin menjadi-jadi. Sudahlah hamil buat pertama kali. Tak ada siapa pula di sisi. Kadang-kadang, ibu ayah menghubungi tanya khabar. Aku cuma jawab aku okay, sihat, happy. Padahal dalam hati, macam hidup dalam neraka ciptaan sendiri. 

Berpura-pura.

Bila suami balik ke rumah, sibuk dengan henfonnya. Tak lepas dengan henfon. Kadang-kadang, ku lihat dia tersenyum sendiri depan henfonnya. Pernah sekali, aku curi-curi buka henfonnya. Luluh hatiku. Ada gambar perempuan lain. Nyata, dia sedang berubah hati. Menambahkan kesedihan dalam hati.

"Abang, kenapa buat saya macam ni? Percayalah, ni anak abang. Wallahi, saya tidak pernah berlaku sumbang dengan lelaki lain!"

Suamiku mengerling tajam.

"Abang sikit pun tak percaya. Dulu, awak pernah kata, awak tak cinta abang pun, kan?"

Aku bungkam. Peritnya jiwa!

Dia tak tahu, aku sedaya upaya singkirkan seluruh rasa pada kekasih lama. Sedaya upaya termampu daya alihkan seluruh perasaan 150 juta peratus cinta hanya pada suami. Hanya pada dia yang sah! Mengapa dia tak mengerti? Kenapa dia tak nampak?

Aku dah sediakan makan minumnya setiap hari. Sikit pun tidak disentuhnya. Aku sediakan pakaian kerjanya, tapi dia pakai pakaian yang lain. Aku tunggu di muka pintu rumah pergi dan balik kerja untuk salami tangannya, tapi sikit pun tidak dihirau. Ya Rabbi! Aku isterinya atau cuma tunggul kayu?

Atau, Tuhan sedang membalas kembali, satu persatu kesalahanku pada bekas kekasihku dulu? Aku yang kejam kerana meninggalkannya dan memilih suamiku sekarang. Aku yang buat dia menderita, merana memendam rasa. Doa orang yang dizalimi tidak pernah tertolak!

Sendiri menitis air mata. Kesal sendiri. Kalaulah aku memilih untuk hidup bersama orang yang aku cintai dulu, sudah pasti kini aku sudah bahagia. Kecewa di dasar hati. Tapi, aku mengerti..

..istilah "kalaulah" tidak terbit dalam kamus agama!

Aku ditinggalkan berhari-hari. Melewati setiap hari yang berlalu dengan air mata. Ku capai henfon. Ku taip mesej ringkas. 

Aku nak mengadu derita. Tak tahu pada siapa. Hantar pada kekasih lama. Sudah enam bulan berlalu. Agaknya dia takkan reply. 

Ding! 

Mesej masuk.

"Kau bertabah, ya."

Eh, dia masih ada! Seketika, aku rasa ada tempat untuk berpaut.

Terus saat itu, ku curahkan semua yang terbuku di sudut hati. Segala yang ku alami, segala yang ku deritai. Ku beritahu semua. Hingga hasratku yang kekadang rasa mahu diceraikan saja pun ku luahkan. 

Lelaki itu tenang membalas setiap mesejku.

"Kau jangan rasa menyesal tidak memilih aku. Kau ingatlah, ini adalah ketentuan Allah. Pilihan Allah. 

Antara pilihan kau dan pilihan Allah, pilihan kau selama-lamanya akan tewas. 

Allah Maha Besar. Takdir-Nya lebih besar dari hati kita. Hati yang sekelumit ini jua akan tumpas berdepan dengan takdir Allah.

Kau sabarlah ya. Doalah. Doa yang tulus ikhlas dan bersungguh-sungguh meratap syahdu di setiap sujudmu dan di setiap malam harimu, mampu merubah takdir. Hati suami kau, Allah yang pegang. Keras seperti batu pun, sekali dijentik dengan kasih-Nya, berkecai jadi air yang mengalir. Kau yakinlah pada Allah.

Yakin, kau perlu cintai suami kerana Dia.

Andai tiada Tuhan di hatimu, 
Cinta pinjaman itu akhirnya beku."

Pedih.

Aku nyatakan, aku dah tak boleh sabar lagi. Dah tak boleh tahan lagi sengsara.

Lelaki itu tenang lagi membalas.

"Ujian Allah tidak pernah untuk buat kita jauh dari-Nya. Ujian-Nya adalah untuk menghapuskan jurang antara hamba dan Pencipta. Makin kuat ujian, makin rapat dan mesra kasih-Nya. 

Ingat, hati-hati yang terluka, derita, sedih dan sengsara itu, Pembelanya adalah Dia sendiri. 

Kau terimalah ujian ini dengan sekuat daya. Anggap saja ianya sebagai penghapus dosa-dosa semasa kita bersama dulu. Dulu, kita jahil. Syukur, Allah balas ketika di dunia lagi. Andai dibalas di akhirat, beribu kali ganda sakitnya. Andai kau rasa sakit sangat sekarang, ingatlah sakit lagi di akhirat. Azab lagi seksaannya kelak.

Kau nak begitu? Pastinya tak mahu.

Kau tenang saja dan rasailah kasih Tuhan mengalir dalam dugaan ini. Di penghujung setiap kesabaran, adalah ketenangan dan pertolongan dari Allah. Solat dan sabar. Tak boleh sabar, solat. Tak boleh solat, sabarlah.

Sakit dalam hati ini, jua antara nikmat-Nya. Tak jadi begini, kau takkan menangis. Takkan lemah longlai mencari Allah. Sebab rasa sakitlah, kau mula cari Penyembuhnya. 

Sakit itu nikmat."

Aku masih tak yakin aku mampu kuat. Tapi, lelaki itu text lagi sambungan. Demi menguatkan aku.

"Bila semuanya sudah tidak terdaya kau lakukan. Menangislah kerana Allah. Jangan menangis kerana duka semata. Menangis kerana kau merasa lemahnya sebagai hamba Dia. 

Rasulullah s.a.w. jua menangis. Menangis ketika kehilangan isteri tercinta, Saidatina Khadijah. Menangis ketika kehilangan anaknya. Kehilangan puterinya.

Usamah bin Zaid meriwayatkan, bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengangkat mayat anak dari puteri Baginda yang telah meninggal dunia. Lantas kedua-dua mata Rasulullah s.a.w bercucuran air mata. 

Sa'd berkata kepada Rasulullah s.a.w.,

"Wahai Rasulullah, kenapa engkau menangis?" Rasulullah s.a.w. menjawab, 

"Ini adalah kasih sayang. Allah menjadikan kasih sayang ini di dalam hati hamba-hamba-Nya dan Allah Maha Mengasihi hamba-hamba-Nya yang bersifat pengasih." (HR Muttafaqun 'Alaih)

Rasulullah kenang kasih Tuhan dalam tangisan. Kau pun kenanglah kasih Tuhan seperti Nabi lakukan.

Aku percaya kau juga pengasih orangnya. Kasih kepada suami kau, sebab itu kau bertahan hingga sekarang. Kasih kepada anak dalam kandungan kau, sebab itu kau sanggup menyerap segala derita.

Aku dah lama kenal hati budi kau."

Menangis aku membaca bait-bait teksnya. Mengapa lelaki ini begitu baik pada aku, walaupun aku menolaknya semahu hati sewaktu dulu? 

Allahurabbi..

"Ingatlah, dalam Surah Al-Mulk ayat 30, Allah berfirman yang bermaksud,

"Katakanlah lagi: Bagaimana fikiran kamu, sekiranya air kamu hilang lenyap ditelan bumi, maka siapakah yang dapat mendatangkan kepada kamu air yang sentiasa terpancar mengalir?"

Andai air di dunia ini semuanya hilang lenyap, Allah sahaja yang mampu memancarkan semula mata air yang telah tertutup rapat.

Begitu juga hati suami kau. Andai cintanya hilang lenyap ditelan kemarahannya sekalipun, siapakah yang dapat memancarkan kembali cintanya pada kau selain Allah?

Hanya Dia. Hanya Allah."

Aku bagaikan ditiup semangat dan kekuatan.

Tidak sedar, waktu aku tengah bermesej, suamiku pulang dari kerja. Kantoi. Dirampasnya henfon aku. Dilihatnya nama bekas kekasih yang terpapar di skrin.

Apa lagi, amuk satu rumah.

Aku cuba meminta maaf. Namun, sia-sia. Aku dimaki hamun semahunya. Istilah mesra 'abang, sayang' sudah hilang.

"Hey perempuan! Aku nikahi kau sebab muka kau tu cantik saja! Sebab keluarga kau setaraf keluarga aku! Ada harta! Ada status! Kalau kau miskin, kau tak cantik, sampai kiamat pun aku tak ingin pun!

Kau sedarlah sikit diri tu! Perempuan keji!

Kau nak bercerai, kan?!

Baik, aku ceraikan kau! Pergi jahanam kau dengan jantan tak guna tu!"

Aku bagai dipanah petir. Terkaku dengan esak tangis di ruang tamu. Suamiku mahu berlalu pergi dari rumah.

"Abang..jangan buat saya begini. Saya tengah mengandung, bang. Tolonglah kasihankan anak kita ni. Tolong..."

Tidak dihiraukan. Aku segera berlutut di kakinya, pegang erat betisnya. Dekap kemas. Minta jangan pergi.

Diterjahnya aku ke sisi. Aku berlari lagi mendapatkannya. Malang. Tersadung di tangga rumah. Tergolek di anak tangga yang berbelas-belas itu. Perutku sakit pedih. Argh. Darah mengalir ke bawah membasahi kedua kakiku. 

***

Kala malam. Di sisi katil.

Lelaki yang bernama suami itu nampak sugul. Termenung sendiri. Pipinya berbekas aliran air mata.

Sudah sebulan berlalu. Hari ini harijadinya.

Kemas di ingatan, dia menerima pesanan ringkas di henfon isterinya. Dari bekas kekasih isteri. Mesej itu bukan dari lelaki yang dibencinya itu, tapi dari si adik lelaki itu. Katanya, abangnya sudah tiada. 

Malam pergaduhan terakhirnya dengan isteri, hari itu sebenarnya hari pembedahan kepala bekas teman lelaki isterinya. 

Enam bulan lepas, selepas menghantar isterinya pulang, lelaki itu terlibat dengan kemalangan jalanraya. Mengalami kecederaan teruk di bahagian kepalanya. Namun, survive dengan terlantar sekian lama di katil hospital. Darah beku masih ada di kepalanya, pembedahan kali kedua di kepala nyata tidak menyebelahinya. 

Allah lebih menyayangi.

Mesej-mesej antara isterinya dengan lelaki itu. Itulah mesej-mesejnya yang terakhir. 

Dia sendiri dah baca. Terkejut, butiran mesej tiada sedikit pun seperti sangkaannya. Sangkanya lelaki itu menagih simpati, bermain kasih dengan isteri tercinta. Rupanya meleset. Sesungguhnya, lelaki itu cuma mahu lihat suami dan isteri itu hidup bahagia. Melepaskan total cinta dari hatinya.

Lelaki tulus itu. Melepaskan cinta yang bukan miliknya. Takkan pernah jadi miliknya selamanya.

Sang suami itu sendiri ada singgah di hospital tempat lelaki itu dibedah. Memang benar. Lelaki itu sudah tiada.

Mengalir air mata sendiri.

Apa yang lebih dikesalinya. Isterinya. Keguguran. 

Bahkan, Allah jua telah mengambil kembali apa yang Dia pinjamkan. Pendarahan serius akhirnya membawa isterinya ke hujung nyawa. 

Kecewa tidak terhingga. Sesal tidak terkata.

Dia bangun. Buka almari isterinya. Menitis air mata melihat pakaian isterinya. Rindu teramat. Membelek-belek helaian baju arwah isteri. Matanya terlihat sesuatu terselit di suatu sudut. Sebuah kotak. Kotak hadiah.

Dibukanya kotak itu.

"Hadiah untuk suamiku."

Ada sehelai jaket brand kegemarannya. Dengan warna kesukaan. Bersama satu kad ucapan mini.

"Abang, saya panjatkan kasih ini untuk abang. 

Walaupun hati ini terkadang pilu, kenang sikap abang yang dingin beku. Tapi, percayalah, hati ini untuk abang seorang. Segala rintangan akan saya tempuhi untuk dapatkan hati abang kembali. Walaupun belum tentu bila waktunya abang akan terbuka hati, kembali menyayangi diri ini.

Percayalah jua, demi Tuhan, isteri abang ini suci sedari waktu akad nikah lagi. Milik abang sepenuhnya. 

Abang. Saat saya titipkan ni, hati ini tulus mencintai."

Di akhir kad tercatat kalimah,

"Saat Allah masih beri waktu..
Hargai aku.."

Lelaki itu terduduk. Menggigil tubuhnya. Kesal.

Nangis semahunya. Apa guna lagi air mata. Berulang kali bibirnya melafazkan cinta pada arwah isterinya tika itu. Pada si isteri yang sudah tidak lagi mampu mendengar segala luahan rasa.

Isteri yang tak lagi mampu mengukir senyum sebagai balasan.

Lafaz balas yang akhirnya tersimpan selamanya.

Senyuman yang akhirnya pudar jua.

Cinta, benarlah milik Dia.


------

kan aku dah cakap.. sedih kan. aku pun sedih. sedih sangat,, dekat blog dia banyak lagi cerpen. aku pun hampir nak khatam baca semua cerpen dia. kalau nak baca,, boleh la lawat blog dia >> http://selamattinggal.blogspot.com/.. enjoy your reading.
kepada saudara Rusydi.. penulisan yang sangat menarik. suka sangat. tersentuh hati..

**THE END**